JAKARTA - Meski dikenal sebagai solusi cepat meredakan mulas atau gangguan pencernaan, antasida bukanlah obat yang boleh digunakan sembarangan, apalagi dalam jangka panjang. Di balik manfaatnya yang efektif menetralkan asam lambung, konsumsi antasida secara berlebihan justru bisa memicu berbagai efek samping serius bagi kesehatan, mulai dari gangguan pencernaan baru hingga risiko masalah ginjal dan tulang.
Apoteker Karen Berger, PharmD, melalui laman Very Well Health (1 Oktober 2025), mengingatkan bahwa masyarakat sering kali menganggap antasida sebagai obat yang aman karena dijual bebas. Padahal, jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan atau terlalu sering, antasida bisa mengganggu keseimbangan mineral tubuh dan memengaruhi fungsi organ vital.
Antasida dan Efeknya terhadap Sistem Pencernaan
Antasida bekerja dengan cara menetralkan asam lambung berlebih, sehingga mampu memberikan kelegaan cepat dari rasa tidak nyaman seperti mulas, perih, atau gangguan lambung lainnya. Namun, kandungan bahan aktif dalam antasida dapat memberikan dampak yang berbeda tergantung pada jenisnya.
Beberapa antasida mengandung kalsium karbonat atau aluminium, seperti yang terdapat pada obat Tums. Menurut Berger, jenis ini sering kali dikaitkan dengan efek samping berupa sembelit, serta kembung dan gas berlebih.
“Jika sembelit menjadi masalah, Anda dapat memilih antasida yang tidak mengandung kalsium atau aluminium. Jika Anda tidak yakin bagaimana cara memeriksa kandungannya, Anda selalu dapat meminta bantuan apoteker,” ujar Berger.
Untuk mengurangi efek sembelit akibat konsumsi antasida tersebut, ia menyarankan agar pasien meningkatkan asupan serat dari makanan seperti biji-bijian utuh, kacang-kacangan, buah, dan sayuran, serta memastikan tubuh terhidrasi dengan baik.
Risiko Diare dan Gangguan Elektrolit
Sementara itu, antasida yang mengandung magnesium hidroksida dapat memberikan efek samping sebaliknya, yaitu diare. Konsumsi dalam dosis tinggi bahkan dapat disertai mual dan kram perut.
Yang perlu diwaspadai, penggunaan antasida secara berlebihan atau dalam jangka panjang dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit—yakni gangguan pada kadar mineral penting seperti kalsium, magnesium, dan aluminium dalam tubuh. Ketidakseimbangan ini dapat berdampak luas pada sistem saraf, jantung, otot, dan ginjal.
Salah satu kondisi yang mungkin terjadi adalah hiperkalsemia (kadar kalsium tinggi dalam darah), yang ditandai dengan kelelahan, kelemahan otot, kebingungan, dan nyeri tulang.
“Tanda-tanda umum ketidakseimbangan elektrolit dapat meliputi pusing, kram otot, detak jantung tidak teratur, dan kebingungan,” jelas Berger.
Risiko Batu Ginjal dan Osteoporosis
Efek samping lain yang tak kalah serius dari penggunaan antasida yang mengandung kalsium adalah terbentuknya batu ginjal. Kondisi ini ditandai oleh nyeri tajam dan mendadak di punggung atau sisi tubuh, nyeri di selangkangan, adanya darah dalam urine, serta sensasi terbakar saat buang air kecil.
“Risiko batu ginjal mungkin lebih tinggi jika Anda juga mengonsumsi suplemen kalsium bersama antasida. Jika Anda menggunakan keduanya, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan untuk memastikan Anda tidak mendapatkan terlalu banyak kalsium secara keseluruhan,” ujar Berger.
Tak hanya itu, antasida berbasis aluminium juga berpotensi melemahkan tulang jika digunakan dalam jangka panjang. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko osteoporosis, terutama pada orang lanjut usia atau mereka yang memiliki faktor risiko lainnya.
Gunakan Hanya untuk Pengobatan Jangka Pendek
Berger menekankan bahwa antasida seharusnya hanya digunakan sebagai solusi jangka pendek atau sesekali, bukan sebagai pengobatan rutin. Jika keluhan mulas atau gangguan lambung terus berulang, pasien sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mencari penyebab yang mendasari.
“Pastikan untuk mengetahui antasida apa yang cocok untuk Anda melalui konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan. Meskipun dijual bebas, antasida tidak ditujukan untuk pengobatan jangka panjang,” tegasnya.
Cegah Mulas Sejak Dini dengan Perubahan Gaya Hidup
Selain bergantung pada obat, perubahan gaya hidup sederhana dapat membantu mencegah gangguan lambung sejak awal. Berger menyarankan untuk:
Menghindari makanan pemicu seperti makanan pedas, berlemak, dan asam.
Berhenti merokok, karena nikotin dapat memperburuk refluks asam.
Menjaga berat badan ideal, sebab obesitas meningkatkan tekanan pada perut dan memicu naiknya asam lambung.
Tidak berbaring setelah makan, beri waktu minimal dua hingga tiga jam sebelum tidur.
Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol, yang dapat memicu produksi asam lambung.
Bijak Gunakan Antasida
Antasida memang dapat menjadi penyelamat cepat bagi penderita mulas dan gangguan pencernaan. Namun, di balik manfaatnya terdapat risiko efek samping yang serius jika digunakan berlebihan atau tidak sesuai anjuran. Mulai dari sembelit, diare, gangguan elektrolit, batu ginjal, hingga osteoporosis, semua bisa terjadi jika konsumsi tidak terkontrol.
Kuncinya adalah menggunakan antasida secara bijak: hanya ketika diperlukan, dalam dosis yang tepat, dan tidak dalam jangka panjang. Jika keluhan lambung terus berulang, langkah terbaik adalah berkonsultasi dengan tenaga medis profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan aman.
Dengan pemahaman yang benar dan gaya hidup sehat, gangguan lambung dapat dicegah tanpa harus bergantung pada obat dalam jangka panjang.