OGRA 2025

Arsitektur Hijau Meningkat, OGRA 2025 Dorong Atap Berkelanjutan

Arsitektur Hijau Meningkat, OGRA 2025 Dorong Atap Berkelanjutan
Arsitektur Hijau Meningkat, OGRA 2025 Dorong Atap Berkelanjutan

JAKARTA - Tren arsitektur berkelanjutan semakin mendapat perhatian di kalangan profesional desain di Indonesia. Ajang Onduline Green Roof Award (OGRA) 2025, yang digelar di Jakarta pekan lalu, menegaskan bahwa prinsip ramah lingkungan kini menjadi bagian penting dari praktik pembangunan modern.

Melalui OGRA 2025, arsitek menunjukkan komitmen mereka terhadap desain yang bertanggung jawab sosial dan lingkungan, sekaligus memperkenalkan inovasi dalam penggunaan material dan energi pada bangunan. Kegiatan ini merupakan bagian dari Jakarta Architecture Festival (JAF) 2025, yang diselenggarakan oleh PT Onduline Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta.

Menurut Esther Pane, Country Director PT Onduline Indonesia, ajang ini menjadi wadah bagi arsitek untuk menampilkan pendekatan desain yang menempatkan keberlanjutan sebagai inti karya mereka, bukan sekadar pelengkap.

“Kami melihat semakin banyak arsitek yang menempatkan aspek keberlanjutan sebagai inti dari karya mereka, bukan sekadar tambahan,” ujar Esther.

Atap Sebagai Identitas dan Ekspresi Bangunan

OGRA 2025 mengusung tema “Expressive Roofing: Beyond Shelter Towards Identity”, yang menekankan peran atap bukan hanya sebagai pelindung, tetapi juga elemen identitas dan ekspresi karakter bangunan.

Ketua IAI Jakarta, Teguh Aryanto, menilai ajang ini memberi ruang bagi arsitek untuk mengeksplorasi desain lebih bebas, terutama di luar batasan proyek komersial. “Dalam proyek komersial, arsitek sering kali dibatasi oleh keinginan klien. Melalui sayembara seperti OGRA, mereka dapat lebih berinovasi dan mengeksplorasi gagasan baru,” jelas Teguh.

Teguh menekankan pentingnya arsitektur inklusif, di mana rancangan bangunan dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. Menurutnya, karya arsitektur harus partisipatif dan mendengarkan kebutuhan masyarakat, bukan hanya sekadar ekspresi desain individu.

Karya Terbaik dan Pendekatan Berkelanjutan

Pada malam penghargaan, OGRA 2025 mengumumkan tiga karya terbaik. Juara pertama diraih oleh Shakkei Art Community Hub karya Kartiansmara Lilih Purnaumbara. Disusul Kebun Kota Cik Di Tiro karya Sasqia Nurul, dan Double Viel karya Dadi Prasojo yang juga dinobatkan sebagai Favorite Winner.

Ketua penyelenggara, Almodani, menjelaskan bahwa seluruh karya finalis menunjukkan pemahaman mendalam terhadap isu efisiensi energi, sirkulasi udara alami, dan optimalisasi material lokal. “Pendekatan ini menunjukkan bagaimana arsitektur dapat menjadi medium ekspresi sekaligus solusi keberlanjutan,” katanya.

Para pemenang menampilkan inovasi desain atap yang tidak hanya estetik, tetapi juga mendukung efisiensi energi dan kenyamanan ruang. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bisa menjadi solusi nyata bagi pembangunan kota yang berkelanjutan, tanpa mengorbankan nilai estetika.

Kolaborasi Industri dan Asosiasi Profesi

OGRA 2025 memperlihatkan bagaimana kolaborasi antara industri dan asosiasi profesi dapat mendorong paradigma baru dalam arsitektur Indonesia. Pendekatan ini menekankan pembangunan yang berkelanjutan, fungsional, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Menurut Esther Pane, ajang seperti OGRA dapat menjadi inspirasi bagi arsitek muda maupun profesional berpengalaman untuk terus mengembangkan karya yang mempertimbangkan dampak lingkungan, sekaligus estetika.

Selain itu, kegiatan ini memperlihatkan bahwa industri konstruksi dan material juga semakin adaptif terhadap prinsip green building, dengan menyediakan produk yang mendukung desain berkelanjutan, efisiensi energi, dan penggunaan material ramah lingkungan.

OGRA sebagai Wadah Inovasi Arsitektur Masa Depan

Secara keseluruhan, OGRA 2025 menjadi platform strategis bagi para arsitek dan industri terkait untuk menampilkan inovasi, berbagi ide, dan mendorong adopsi arsitektur berkelanjutan di Indonesia. Acara ini menegaskan bahwa arsitektur modern tidak hanya soal estetika, tetapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Melalui sayembara ini, masyarakat luas juga diharapkan semakin menyadari pentingnya pembangunan hijau, serta manfaat jangka panjang dari desain yang memperhatikan efisiensi energi, kenyamanan ruang, dan keberlanjutan lingkungan.

Dengan tren ini, OGRA 2025 bukan sekadar kompetisi desain, tetapi menjadi indikator arah arsitektur masa depan Indonesia yang lebih hijau, inklusif, dan inovatif.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index