Bahaya BBM Etanol untuk Motor 2-Tak, Ini Penjelasannya

Kamis, 16 Oktober 2025 | 11:51:40 WIB
Bahaya BBM Etanol untuk Motor 2-Tak, Ini Penjelasannya

JAKARTA - Di tengah dorongan pemerintah memperluas penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, satu pertanyaan muncul di kalangan pecinta otomotif klasik: bagaimana nasib motor 2-tak jika BBM bercampur etanol mulai dipasarkan luas?

Meski sudah lama tidak lagi diproduksi pabrikan, motor 2-tak masih memiliki basis pengguna yang loyal di Indonesia. Karakter tenaganya yang khas dan suara knalpotnya yang ikonik membuat motor ini tetap digemari, baik untuk koleksi maupun penggunaan harian. Namun, tren bioetanol yang kian digenjot bisa menjadi tantangan baru.

Risiko Kimia di Balik Campuran Etanol

Alasannya sederhana: motor 2-tak memiliki sistem pelumasan yang berbeda dengan motor 4-tak. Pada motor jenis ini, oli samping dicampur langsung dengan bensin untuk melumasi bagian dalam mesin. Karena itu, perubahan karakter bahan bakar sangat memengaruhi kinerja sekaligus ketahanan mesin.

Di sinilah masalah muncul. Etanol, meskipun ramah lingkungan, memiliki sifat kimia yang unik. Menurut Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) sekaligus pakar bahan bakar dan pelumas, etanol bersifat amfifilik: satu sisi hidrofilik (menyukai air), satu sisi lipofilik (menyukai minyak atau bensin).

Ia menjelaskan, “Jika bensin E10 (etanol 10 persen) yang mengandung oli untuk pelumasan pada motor 2-tak tercampur dengan air, maka etanol akan berikatan kuat dalam air melalui ikatan hidrogen. Sebaliknya, bensin non-polar dan oli non-polar juga akan saling berikatan kuat.”

Dampak Kehadiran Air dalam Bahan Bakar

Dalam kondisi kering, etanol bisa larut dalam bensin hingga 20–25 persen. Namun, kata Yuswidjajanto, sedikit saja ada air di dalam bensin, kelarutannya langsung menurun drastis.

Jika ada air kurang dari 0,2 persen, etanol hanya bisa larut 5–10 persen.

Jika air lebih dari 0,2 persen, etanol yang larut ke dalam bensin tinggal sekitar 2 persen.

Artinya, kualitas bahan bakar beretanol sangat sensitif terhadap kontaminasi air. Padahal, motor 2-tak lama memiliki sistem bahan bakar sederhana yang mudah kemasukan uap air dari udara. Hal ini menambah risiko.

Konsekuensi bagi Mesin Motor 2-Tak

Ketika kondisi ideal sulit terjaga, efek buruk pun bisa terjadi. Jika oli gagal tercampur sempurna dengan bensin beretanol, pelumasan mesin menjadi tidak optimal. Akibatnya, komponen dalam mesin bisa cepat aus, bahkan memicu korosi.

Lebih jauh lagi, performa motor bisa menurun drastis. Padahal, salah satu daya tarik motor 2-tak justru ada pada respons tenaganya yang cepat. Gangguan pada sistem pelumasan jelas akan merusak ciri khas tersebut.

Potensi Masalah di Masa Depan

Jika pemerintah benar-benar menerapkan bioetanol secara luas—seperti rencana distribusi E10 (10 persen etanol)—maka tantangan besar menanti para pemilik motor 2-tak.

Menurut Yuswidjajanto, bahan bakar etanol hanya akan aman jika kualitasnya dijaga ketat, terutama agar bebas kandungan air. Namun, menjaga standar tinggi itu dalam penggunaan harian bukan perkara mudah. “Jika itu yang terjadi, maka oli tetap ada di dalam bensin dan etanol dalam bensin tidak akan sepenuhnya membilas oli yang melumasi komponen mesin,” ujarnya.

Sayangnya, kondisi ideal tersebut sulit diwujudkan di lapangan, apalagi untuk motor-motor lama dengan sistem sederhana.

Pilihan bagi Pecinta Motor Klasik

Dengan segala risiko tersebut, pengguna motor 2-tak perlu mulai memikirkan strategi. Dua pilihan yang bisa ditempuh adalah:

Tetap menggunakan bensin konvensional sejauh masih tersedia di pasar.

Mencari alternatif metode pelumasan yang bisa menjaga kinerja mesin meskipun BBM bercampur etanol semakin meluas.

Langkah-langkah ini penting agar motor klasik tetap awet sekaligus bisa terus dipakai tanpa mengorbankan performa maupun keaslian mesin.

Motor 2-Tak di Tengah Perubahan

Fenomena ini menunjukkan bahwa transisi energi tidak selalu berjalan mulus bagi semua jenis kendaraan. Motor 2-tak, yang melegenda di jalanan Indonesia, kini menghadapi ujian baru dari bahan bakar beretanol.

Pemerintah memang mendorong energi ramah lingkungan, namun pengguna motor klasik perlu bijak menyikapi perubahan ini. Tanpa adaptasi, motor 2-tak bisa cepat mengalami masalah teknis dan biaya perawatan membengkak.

Bahan bakar campuran etanol memang membawa harapan untuk energi lebih bersih, tetapi tidak semua mesin cocok menggunakannya. Motor 2-tak termasuk dalam kategori yang rawan terkena efek samping, mulai dari pelumasan tidak sempurna, korosi, hingga penurunan performa.

Ke depan, jika kebijakan bioetanol diberlakukan luas, pemilik motor 2-tak harus lebih hati-hati dalam memilih bahan bakar. Alternatif seperti bensin murni atau solusi pelumasan khusus bisa menjadi jalan keluar agar motor klasik tetap bertahan di era transisi energi.

Terkini