JAKARTA - Peringatan Hari Pangan Sedunia di Banten tahun ini diwarnai dengan semangat kearifan lokal. Para petani di wilayah tersebut merayakannya dengan menggelar tradisi Ngaruwat Bumi, sebuah ritual adat sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen dan kelestarian alam.
Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol kebersamaan warga desa, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap alam yang telah memberikan sumber kehidupan.
Rangkaian acara ini berlangsung di lahan pertanian yang menjadi sentra produksi pangan daerah. Sejak pagi, masyarakat bersama kelompok tani mulai mempersiapkan berbagai sesaji hasil bumi seperti padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan. Semua hasil panen tersebut dikumpulkan di satu titik sebagai simbol rezeki yang diperoleh dari bumi.
Peringatan Hari Pangan Sedunia dengan cara tradisional ini menunjukkan bagaimana petani Banten memaknai ketahanan pangan bukan sekadar produksi, tetapi juga hubungan harmonis antara manusia dan alam.
Tradisi Turun-Temurun yang Sarat Makna
Ngaruwat Bumi merupakan tradisi agraris yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat pedesaan di Banten. Dalam tradisi ini, warga menyampaikan doa bersama sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah, serta memohon agar musim tanam berikutnya membawa keberkahan serupa.
Selain ritual doa, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni budaya lokal seperti pencak silat, musik tradisional, hingga tarian rakyat. Anak-anak sekolah, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah ikut hadir menyaksikan perayaan tersebut.
Tradisi ini bukan sekadar seremonial, melainkan bentuk pelestarian warisan budaya sekaligus pengingat pentingnya menjaga sumber daya alam sebagai penopang pangan.
Momentum Menguatkan Ketahanan Pangan Daerah
Peringatan Hari Pangan Sedunia dengan nuansa tradisi lokal menjadi momentum untuk memperkuat semangat kemandirian pangan masyarakat desa. Dalam konteks ketahanan pangan nasional, petani berperan sebagai garda terdepan yang memastikan ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat luas.
Melalui tradisi Ngaruwat Bumi, masyarakat diajak untuk kembali menghargai proses produksi pangan dari hulu ke hilir. Ketergantungan pada alam menjadi pengingat bahwa keberlanjutan pangan hanya bisa terjaga jika lingkungan tetap lestari.
Pemerintah daerah juga memberikan dukungan terhadap acara ini, dengan menekankan pentingnya kolaborasi antara petani, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan di tengah tantangan perubahan iklim dan dinamika pasar.
Peran Petani dalam Menjaga Alam dan Ketersediaan Pangan
Ketua kelompok tani setempat menyampaikan bahwa perayaan ini bukan hanya bentuk syukur, tetapi juga pengingat bagi generasi muda untuk tidak melupakan akar budaya pertanian mereka.
“Ngaruwat Bumi bukan sekadar pesta, tapi cara kami berterima kasih kepada bumi. Kami ingin anak-anak muda tahu bahwa pangan itu tidak datang begitu saja, tapi hasil kerja keras petani dan alam,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa menjaga lingkungan sama pentingnya dengan menanam. Tanah yang subur, air yang cukup, dan cuaca yang mendukung adalah faktor utama keberhasilan pertanian. Maka dari itu, kesadaran kolektif dalam menjaga alam harus terus ditanamkan.
Keterlibatan Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah daerah Banten turut hadir dalam acara tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian tradisi dan ketahanan pangan. Dalam sambutannya, perwakilan pemerintah menyampaikan apresiasi kepada para petani yang tetap menjaga semangat gotong royong dan kearifan lokal.
“Pangan bukan sekadar komoditas, tetapi simbol kehidupan. Tradisi seperti ini mengingatkan kita semua akan pentingnya menghargai prosesnya, mulai dari sawah hingga ke meja makan,” ujar perwakilan pemerintah daerah.
Acara ini juga melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari organisasi pemuda, pelajar, hingga pelaku UMKM yang memamerkan produk olahan hasil pertanian lokal. Hal ini menunjukkan bagaimana ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada petani, tetapi juga kolaborasi lintas sektor.
Pelestarian Tradisi sebagai Wujud Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Perayaan Ngaruwat Bumi di Hari Pangan Sedunia menjadi contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat berjalan beriringan dengan agenda nasional ketahanan pangan. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai penting seperti rasa syukur, gotong royong, pelestarian alam, dan ketahanan komunitas.
Selain menjaga identitas budaya daerah, tradisi semacam ini juga berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Dengan begitu, ketahanan pangan bukan hanya dibangun melalui teknologi dan kebijakan, tetapi juga lewat nilai-nilai budaya yang hidup di tengah masyarakat.
Hari Pangan Sedunia di Banten bukan sekadar peringatan global, tetapi momentum lokal yang sarat makna. Melalui tradisi Ngaruwat Bumi, petani dan masyarakat menunjukkan rasa syukur, menjaga harmoni dengan alam, serta memperkuat semangat ketahanan pangan dari akar rumput.
Dengan dukungan pemerintah, kolaborasi masyarakat, dan pelestarian budaya, upaya menjaga pangan berkelanjutan dapat terus berjalan. Ngaruwat Bumi menjadi simbol bahwa pangan bukan hanya hasil produksi, tetapi juga hasil kebersamaan antara manusia dan alam.