LPS: Minat Menabung Turun, Konsumen Hadapi Tekanan Ekonomi

Jumat, 03 Oktober 2025 | 12:39:48 WIB
LPS: Minat Menabung Turun, Konsumen Hadapi Tekanan Ekonomi

JAKARTA - Kondisi keuangan rumah tangga di Indonesia pada September 2025 kembali menunjukkan tekanan yang signifikan. Hasil survei Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat bahwa niat dan kemampuan masyarakat untuk menabung menurun, mencerminkan semakin beratnya beban pengeluaran harian.

Data terbaru memperlihatkan Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada September 2025 turun 1,6 poin menjadi 77,3, dibandingkan bulan sebelumnya. Pelemahan ini terutama dipengaruhi oleh turunnya Indeks Intensitas Menabung (IIM) sebesar 3,6 poin ke level 67,1, meskipun Indeks Waktu Menabung (IWM) justru sedikit meningkat 0,4 poin ke 87,4.

“Perkembangan ini mencerminkan intensitas menabung konsumen yang melandai seiring dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada tahun akademik baru. Meski demikian, niat menabung konsumen masih terjaga, baik untuk saat ini maupun tiga bulan ke depan,” ujar Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono, di Jakarta, Kamis 2 Oktober 2025.

Porsi Menabung Kian Terbatas

Survei LPS juga mengungkap bahwa semakin banyak masyarakat yang hanya bisa menabung lebih sedikit dari rencana awal. Pada komponen IIM, persentase responden yang mengaku jumlah tabungan lebih kecil dari rencana meningkat dari 47,5 persen pada Agustus menjadi 54,4 persen pada September 2025.

Namun, ada sedikit perbaikan dari sisi jumlah masyarakat yang sama sekali tidak menabung. Angkanya menurun dari 32 persen pada Agustus menjadi 30,3 persen pada September.

Optimisme Waktu Menabung Masih Ada

Meski intensitas menabung melemah, sebagian konsumen justru menilai saat ini maupun beberapa bulan ke depan adalah momen yang tepat untuk mulai menabung.

Pada komponen IWM, persentase responden yang menilai sekarang adalah waktu yang tepat untuk menabung naik menjadi 26,1 persen pada September, dibandingkan 24,5 persen pada bulan sebelumnya. Bahkan, yang menilai tiga bulan ke depan lebih ideal untuk menabung juga meningkat signifikan, dari 31,6 persen menjadi 35,8 persen.

Tekanan Terbesar di Kelompok Pendapatan Menengah

Jika ditinjau dari kelompok pendapatan, LPS mencatat IMK paling terpukul terjadi pada rumah tangga (RT) berpenghasilan Rp1,5 juta–Rp3 juta per bulan yang turun 6,1 poin. Disusul RT berpendapatan Rp3 juta–Rp7 juta per bulan yang terkoreksi 1,9 poin, serta RT dengan penghasilan di atas Rp7 juta per bulan yang turun tipis 0,4 poin.

Meski begitu, IMK kelompok berpendapatan tinggi masih berada di atas level 100, menandakan kondisi mereka relatif lebih stabil. Sebaliknya, ada peningkatan IMK signifikan pada kelompok pendapatan rendah di bawah Rp1,5 juta per bulan, yakni melonjak 21,8 poin secara bulanan.

Konsumen Masih Optimistis Jangka Panjang

Di balik tekanan saat ini, survei LPS juga mencatat adanya optimisme konsumen terhadap prospek ekonomi, pendapatan, dan lapangan kerja dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi (IE) yang masih berada di level optimis, yakni 109,0 meski turun 2,0 poin dari Agustus.

Namun, Indeks Situasi Saat Ini (ISSI) justru menunjukkan pelemahan lebih dalam. Nilainya turun 5,4 poin menjadi 65,8, mencerminkan persepsi negatif masyarakat terhadap kondisi ekonomi lokal dan lapangan kerja yang ada sekarang.

Dengan perkembangan itu, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) LPS secara keseluruhan tercatat 90,5 pada September 2025, atau lebih rendah 3,5 poin dibanding bulan sebelumnya.

Kenaikan Harga dan Cuaca Ekstrem Jadi Beban

Seto menjelaskan bahwa penurunan IKK tidak lepas dari kenaikan harga kebutuhan pokok serta sulitnya kondisi lapangan kerja. Faktor lain yang ikut memperburuk situasi adalah mahalnya harga pupuk dan ancaman gagal panen akibat cuaca ekstrem.

“Cuaca ekstrem yang masih melanda sejumlah wilayah, baik berupa curah hujan tinggi maupun kekeringan, menyebabkan kekhawatiran akan risiko kegagalan panen,” jelasnya.

Hal ini memperlihatkan bahwa ketidakpastian ekonomi masyarakat masih tinggi, terutama pada sektor yang sangat bergantung pada iklim dan stabilitas harga bahan pokok.

Ketimpangan Persepsi Antarkelompok Pendapatan

Jika dilihat lebih detail, survei LPS menunjukkan ketimpangan dalam persepsi optimisme antar kelompok pendapatan. Pada September 2025, IKK rumah tangga dengan penghasilan di atas Rp7 juta per bulan masih di atas 100 meski turun 2,3 poin. Sebaliknya, tiga kelompok pendapatan lain mengalami penurunan lebih tajam dengan kisaran antara 2,6 hingga 10,4 poin.

Artinya, kelompok berpendapatan menengah ke bawah masih merasakan dampak tekanan ekonomi lebih besar, terutama akibat harga kebutuhan pokok yang kian mahal.

Tantangan Kebijakan di Tengah Tekanan Ekonomi

Hasil survei LPS ini memberikan gambaran nyata tantangan yang dihadapi pemerintah dan pelaku industri keuangan. Di satu sisi, daya beli masyarakat melemah sehingga memengaruhi minat menabung. Namun, di sisi lain, masih ada optimisme publik terhadap prospek jangka menengah yang bisa menjadi modal penting untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Ke depan, kebijakan yang menyasar pengendalian harga sembako, stabilisasi sektor pertanian, serta dukungan pada penciptaan lapangan kerja dipandang krusial untuk memperbaiki daya tabung masyarakat. Jika faktor-faktor tersebut tidak tertangani, tekanan terhadap indeks kepercayaan konsumen dikhawatirkan berlanjut.

Terkini

BSU Oktober 2025 Belum Dicairkan, Ini Cara Cek Status

Jumat, 03 Oktober 2025 | 15:54:25 WIB

DPR Sahkan RUU, Kementerian Resmi Berganti BP BUMN

Jumat, 03 Oktober 2025 | 15:54:24 WIB

Pemerintah Wajib Lindungi Petani Tembakau Gagal Panen

Jumat, 03 Oktober 2025 | 15:54:23 WIB

BP BUMN Resmi Dibentuk, Tata Kelola BUMN Diperkuat

Jumat, 03 Oktober 2025 | 15:54:22 WIB