Ilmuwan Peringatkan Ancaman Merkuri Laut Akibat Aktivitas Manusia

Jumat, 03 Oktober 2025 | 10:07:15 WIB
Ilmuwan Peringatkan Ancaman Merkuri Laut Akibat Aktivitas Manusia

JAKARTA - Ancaman polusi merkuri di lautan kini semakin nyata dan berpotensi mengganggu kesehatan manusia serta keseimbangan ekosistem. Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Nature Sustainability menyoroti bagaimana aktivitas manusia, terutama penggunaan pukat dasar dan pengerukan laut, mempercepat pelepasan merkuri yang selama ini tersembunyi di sedimen laut.

Penelitian ini dipimpin oleh tim ilmuwan dari Universitas Peking, bekerja sama dengan para pakar dari Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda. Temuan tersebut membuka pandangan baru tentang peran penting landas kontinen sebagai penyimpan merkuri alami sekaligus betapa rentannya cadangan ini ketika menghadapi tekanan akibat perubahan iklim dan eksploitasi manusia.

Sedimen Laut, Penyaring Alami yang Terancam

Merkuri dikenal sebagai polutan global beracun yang dapat terakumulasi dalam rantai makanan, memberi dampak serius pada kesehatan manusia. Selama ini, sedimen laut dianggap sebagai “brankas” alami yang menyimpan merkuri dalam jangka panjang. Namun, hasil riset terbaru mengungkapkan bahwa landas kontinen—wilayah laut dangkal yang mengelilingi benua—ternyata merupakan area penyimpanan merkuri terbesar, sekaligus paling rentan terganggu.

Berdasarkan analisis data beresolusi tinggi dan model berbasis proses, tim peneliti menghitung kapasitas penyimpanan merkuri di landas kontinen global. Hasilnya mengejutkan: kawasan tersebut mampu menyimpan hampir 1.300 ton merkuri setiap tahun, jumlah enam kali lebih besar dibanding perkiraan sebelumnya dari Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP).

“Landas kontinen berperan layaknya ‘ginjal’ di lautan, yang secara efektif menyaring merkuri beracun dari perairan dan mengurangi ancaman terhadap perikanan pesisir serta kesehatan manusia,” jelas Wang Xuejun, penulis korespondensi dalam studi tersebut.

Sayangnya, fungsi vital itu semakin terganggu oleh intervensi manusia.

Aktivitas Manusia Percepat Pelepasan Merkuri

Dalam laporan tersebut, para ilmuwan menunjukkan bahwa penggunaan pukat dasar dan pengerukan laut berkontribusi besar terhadap gangguan cadangan merkuri. Aktivitas ini mengaduk lapisan sedimen sehingga memicu pelepasan merkuri yang sebelumnya telah terkubur selama puluhan hingga ratusan tahun.

Penelitian memperkirakan lebih dari 5.000 ton merkuri di dasar laut terganggu setiap tahunnya akibat aktivitas manusia, jumlahnya empat kali lipat dari merkuri yang secara alami tersimpan setiap tahun.

“Ketika kapal pukat menggaruk dasar laut, itu dapat mempercepat pelepasan merkuri historis yang telah terkubur selama puluhan bahkan ratusan tahun,” kata Liu Maodian, salah satu penulis korespondensi. “Begitu ‘merkuri warisan’ ini terlepas kembali, zat tersebut dapat masuk lagi ke dalam rantai makanan dan menimbulkan risiko baru bagi lingkungan dan kesehatan.”

Kondisi ini menunjukkan bagaimana aktivitas perikanan intensif tidak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati laut, tetapi juga berpotensi memperparah pencemaran kimia yang berbahaya bagi manusia.

Dampak Perubahan Iklim

Selain faktor manusia, perubahan iklim turut memperburuk situasi. Peningkatan suhu laut mendorong percepatan pelepasan merkuri dari sedimen ke perairan. Model simulasi dalam penelitian menunjukkan bahwa dengan pemanasan global 1,5–5 derajat Celsius, pelepasan merkuri secara alami dapat meningkat 6–21 persen hingga akhir abad ini.

Laut yang lebih hangat mempercepat penguraian materi organik dalam sedimen. Proses ini mendorong merkuri lebih mudah terlepas, sementara frekuensi peristiwa cuaca ekstrem menambah tekanan terhadap stabilitas cadangan tersebut. Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat memperbesar volume merkuri yang dilepaskan ke laut, sehingga memperluas ancaman bagi perikanan dan kesehatan pesisir.

Risiko Lingkungan dan Kesehatan

Merkuri yang lepas ke laut tidak berhenti di sana. Senyawa beracun ini dapat berubah menjadi metilmerkuri, bentuk yang sangat berbahaya karena mampu menumpuk dalam jaringan organisme laut. Ketika ikan dan biota laut lain mengonsumsinya, metilmerkuri kemudian masuk ke rantai makanan hingga akhirnya bisa dikonsumsi manusia.

Dengan kata lain, aktivitas di laut dalam dapat berdampak langsung pada meja makan masyarakat global. Polusi merkuri yang meningkat mengancam keamanan pangan laut dan kesehatan manusia, terutama di kawasan pesisir yang bergantung pada perikanan sebagai sumber makanan utama.

Panggilan untuk Tindakan Global

Para ilmuwan menegaskan perlunya upaya terintegrasi untuk melindungi landas kontinen sebagai “penyangga merkuri” dunia. Liu Maodian menekankan pentingnya kebijakan global yang menyatukan pengelolaan merkuri, peraturan perikanan, serta target netralitas karbon sebagai solusi menyeluruh.

“Melindungi penyangga merkuri di landas kontinen itu terkait erat dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, berfungsi sebagai pelindung kesehatan manusia dan penjaga ekosistem laut,” ujarnya. “Hanya dengan mengintegrasikan pengelolaan merkuri, kebijakan perikanan, dan target netralitas karbon, kita dapat menjaga garis pertahanan terakhir ini.”

Temuan terbaru mengenai potensi pelepasan merkuri dari dasar laut mengingatkan dunia bahwa ancaman polusi tidak hanya berasal dari udara atau daratan, tetapi juga tersembunyi di bawah permukaan laut. Aktivitas manusia seperti pukat dasar, ditambah tekanan perubahan iklim, memperbesar risiko polusi beracun yang dapat merusak ekosistem dan membahayakan kesehatan global.

Jika tidak ada langkah pencegahan, “brankas” alami yang selama ini menahan merkuri bisa berubah menjadi sumber pencemaran baru. Dunia internasional dihadapkan pada tugas penting: menjaga lautan bukan hanya sebagai sumber pangan dan keanekaragaman hayati, tetapi juga sebagai pelindung terakhir dari ancaman merkuri.

Terkini