Kandungan Etanol Bikin Vivo dan BP Urung Beli BBM Pertamina

Kamis, 02 Oktober 2025 | 12:33:22 WIB
Kandungan Etanol Bikin Vivo dan BP Urung Beli BBM Pertamina

JAKARTA - Rencana kerja sama antara Pertamina dan sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM) impor mengalami hambatan. Dua pemain besar, Vivo dan BP-AKR, memutuskan membatalkan kesepakatan pembelian base fuel dari Pertamina setelah hasil uji laboratorium menunjukkan adanya kandungan etanol dalam produk tersebut.

Keputusan ini menjadi sorotan karena sebelumnya kedua SPBU itu telah menyatakan kesediaannya untuk menyerap stok BBM tambahan yang diimpor oleh Pertamina. Namun, keberadaan etanol sekitar 3,5 persen dalam bahan bakar akhirnya membuat kerja sama tersebut tidak berlanjut.

“Vivo membatalkan untuk melanjutkan setelah setuju (membeli) 40 ribu barel (base fuel), akhirnya tidak disepakati lagi,” ungkap Wakil Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI di Jakarta, Rabu.

Perubahan Keputusan Usai Hasil Uji Lab

Sebelumnya, PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) telah sepakat menyerap 40 ribu barel dari total 100 ribu barel base fuel yang diimpor oleh Pertamina. Namun, hasil pengujian laboratorium menemukan adanya kandungan etanol sekitar 3,5 persen dalam bahan bakar tersebut.

Menurut Achmad, meskipun kandungan etanol itu masih berada jauh di bawah batas yang diperbolehkan oleh regulasi — yakni maksimal 20 persen berdasarkan ketentuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) — pihak Vivo tetap memilih membatalkan pembelian.

“Ini (kandungan etanol) yang membuat teman-teman SPBU swasta tidak melanjutkan pembelian (base fuel), karena ada konten etanol tersebut,” jelas Achmad.

BP-AKR Juga Menunda Pembelian

Tidak hanya Vivo, BP-AKR juga mengambil keputusan serupa. Mereka membatalkan kesepakatan untuk membeli BBM dari Pertamina karena alasan yang sama, yakni keberadaan etanol dalam base fuel.
Keputusan dua SPBU besar ini membuat negosiasi bisnis antarpihak kembali ke titik awal. Akibatnya, sebanyak 100 ribu barel base fuel yang telah diimpor Pertamina belum berhasil diserap oleh pihak swasta.

Meski demikian, Pertamina tetap optimistis kerja sama ini dapat dilanjutkan pada pengiriman berikutnya. Achmad menyebutkan bahwa pihak swasta masih membuka ruang untuk bernegosiasi kembali pada kedatangan kargo selanjutnya yang diperkirakan tiba dalam waktu dekat.

“Tetapi teman-teman SPBU swasta berkenan, jika nanti pada kargo selanjutnya, siap bernegosiasi. Ini bukan masalah di kualitas, masalah di konten,” tegasnya.

Latar Belakang Kerja Sama Impor BBM

Rencana pembelian base fuel oleh SPBU swasta ini sebenarnya merupakan tindak lanjut dari langkah pemerintah untuk mengatasi kelangkaan BBM yang sempat terjadi sejak Agustus di sejumlah SPBU swasta seperti Shell dan BP.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya menyatakan bahwa sejumlah SPBU swasta — termasuk Shell, Vivo, BP, dan ExxonMobil — telah menyepakati pembelian stok BBM tambahan dengan skema impor melalui Pertamina.

Langkah tersebut diambil agar pasokan BBM ke masyarakat tetap terjaga. Dalam kesepakatannya, SPBU swasta mengajukan beberapa syarat, salah satunya adalah memastikan bahwa BBM yang dibeli merupakan base fuel murni yang nantinya akan dicampur sendiri di tangki SPBU masing-masing.

Namun hingga kini, belum ada satupun SPBU swasta yang benar-benar merealisasikan pembelian tersebut, termasuk setelah Pertamina mengimpor base fuel dalam jumlah besar.

Kandungan Etanol: Masalah Teknis atau Strategi Bisnis?

Keputusan pembatalan pembelian oleh Vivo dan BP memunculkan pertanyaan di kalangan pengamat energi. Pasalnya, kandungan etanol yang ditemukan pada base fuel Pertamina masih berada dalam ambang batas aman dan legal. Kandungan 3,5 persen jauh di bawah batas 20 persen yang diatur oleh Kementerian ESDM.

Dalam konteks global, pencampuran etanol dalam bahan bakar sebenarnya merupakan praktik umum sebagai bagian dari strategi energi hijau dan pengurangan emisi karbon. Namun, dalam kasus ini, pihak SPBU swasta tampaknya memiliki pertimbangan teknis dan bisnis tersendiri terkait spesifikasi bahan bakar yang mereka butuhkan.

Meski demikian, Achmad memastikan bahwa permasalahan ini tidak menyangkut kualitas BBM itu sendiri, melainkan lebih kepada komposisi kandungan yang tidak sesuai dengan standar internal pembeli.

Optimisme Pertamina untuk Negosiasi Lanjutan

Walaupun pembatalan ini menjadi kemunduran sementara, Pertamina tetap percaya diri bahwa kerja sama dengan SPBU swasta akan terwujud di masa depan. Achmad menegaskan, Pertamina siap menyesuaikan diri dalam pengadaan kargo berikutnya agar sesuai dengan kebutuhan mitra bisnisnya.

“Teman-teman SPBU swasta sudah menyampaikan kesediaan untuk membuka negosiasi ulang jika konten base fuel sesuai dengan kriteria mereka. Ini menunjukkan bahwa peluang kerja sama masih sangat terbuka,” ujarnya.

Kolaborasi Masih Terbuka

Kisruh kecil soal kandungan etanol ini menjadi pelajaran penting dalam kolaborasi antara Pertamina dan sektor swasta. Meski pembelian base fuel untuk pengiriman pertama gagal terealisasi, ruang negosiasi masih terbuka lebar.

Pertamina kini menyiapkan strategi lanjutan untuk memastikan pasokan base fuel sesuai kebutuhan para mitra SPBU, sekaligus mendukung upaya pemerintah menjaga stabilitas pasokan BBM di dalam negeri.
Apabila kesepakatan tercapai pada kargo berikutnya, kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi potensi kelangkaan BBM dan memperkuat kerja sama antara sektor BUMN dan swasta.

Terkini

Samudera Indonesia Suntik Rp500 Miliar ke Galangan Madura

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:35:39 WIB

Cabai dan Ayam Dorong Inflasi Volatile Food September

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:35:34 WIB

Harga Buyback Emas Antam Turun Hari Ini Oktober

Kamis, 02 Oktober 2025 | 15:35:32 WIB